PENGERTIAN RAFLESIA ARNOLDI
Lenka,
turis asal Ceko berusia sekitar 40 tahun, menangis sesenggukan pada
akhir 2009 lalu di hutan lindung Bukit Daun, Kabupaten Kepahiang,
Provinsi Bengkulu. Ia tidak mau berpisah dari bunga Rafflesia arnoldii,
satu jenis puspa langka endemik Sumatera yang tumbuh di Bengkulu.
Sebelumnya, setelah kegirangan
karena berhasil melihat langsung raflesia, dengan penuh keyakinan Lenka
mendekatkan kepalanya ke lubang bunga yang tengah mekar. Hidungnya
menempel ke pinggir lubang, dan Lenka pun menghirup dalam-dalam aroma
yang menguar dari dalam lubang bunga berdiameter 20 sentimeter di bagian
tengah lima kelopak bunga langka yang saat mekar berdiameter 80
sentimeter itu.
Tidak terjadi apa-apa. Lenka
tidak pingsan, apalagi keracunan. Kekaguman yang sama segera menular
kepada turis mancanegara lain yang saat itu ikut melihat.
“Tindakan Lenka sekaligus
mematahkan pemahaman tentang bunga raflesia selama ini,” tutur
Burmansyah (37), anggota Tim Peduli Puspa Langka (TPPL) Bengkulu, saat
menemani tim ekspedisi Jelajah Musi 2010 melihat bunga raflesia jenis
arnoldii yang segera mekar di hutan lindung Bukit Daun, Kepahiang,
Selasa (16/2/10).
Selama ini, ujar Burmansyah,
masyarakat cenderung memahami bunga raflesia sebagai bunga bangkai.
Pemahaman tersebut harus diluruskan.
Semangat Lenka yang melihat
raflesia mekar itu segera menular kepada kami saat memasuki hutan
lindung Bukit Daun. Pacet, binatang pengisap darah yang kerap menempel
di kaki atau tangan, tidak menghalangi perjalanan ke lokasi bunga langka
nan indah itu.
Lokasinya di lereng dengan
kemiringan sekitar 60 derajat, persis di atas salah satu mata air yang
mengalirkan air ke Sungai Ketapang. Sungai ini bermuara di Sungai Musi
di daerah Kepahiang.
Hutan yang merupakan habitat
tumbuhnya raflesia yang ditemukan TPPL terletak lima kilometer dari
pusat Desa Tebat Monok, Kepahiang. Perjalanan dilanjutkan dengan
berjalan kaki 250 meter ke salah satu tempat bunga ditemukan di dalam
hutan itu.
Baru berjalan sejauh 150 meter
ke dalam hutan, Burmansyah tiba-tiba berhenti. Tangannya menunjuk-nunjuk
ke arah batang pohon yang menggelantung. “Itulah batang tanaman
raflesia atau disebut juga liana,” ujarnya.
Mengikuti
petunjuk Burmansyah, jika dalam perjalanan di hutan sudah ditemui
liana, kita akan segera bertemu si eksotis Rafflesia arnoldii. Setelah
berjalan di aliran mata air jernih, perjalanan berakhir di bagian hutan
dengan kemiringan hampir 60 derajat. Tepat di bagian akar pohon,
segumpal bunga warna oranye kemerahan tampak. “Ini bunga raflesia yang
hampir mekar. Kami perkirakan akan mekar lima hari lagi,” ujar Holidin
(42), anggota TPPL lainnya.
Raflesia tumbuh di batang
menjalar yang menempel di tanah sebagai tempat tumbuhnya bunga. Di
sepanjang batang yang menempel di tanah yang basah, tampak enam tonjolan
kecil alias tunas-tunas kecil mirip kutil berwarna hitam kecoklatan,
bakal raflesia. Di rebahan batang paling bawah terlihat bunga raflesia
berdiameter 40 sentimeter yang hampir mekar, di bagian atas terlihat
tonjolan-tonjolan calon bunga.
Menurut Holidin, bunga raflesia
butuh waktu sembilan bulan untuk tumbuh dan mekar. Pertumbuhan diawali
dengan munculnya tunas berbentuk tonjolan mirip kutil di batang. Tunas
akan terus tumbuh membesar dalam bentuk bulat seperti kol, namun
terselubungi kulit berwarna hitam. Setelah sembilan bulan, kulit akan
terkelupas sehingga kelopak bunga yang berwarna merah akan terlihat.
Menurut Holidin, bunga itu tidak mengisap serangga atau lalat. Bunga
raflesia jenis arnoldii yang kami lihat akan mekar juga tidak
menyebabkan keracunan.
Perbedaan makin jelas saat kami
mampir ke lokasi pembudidayaan bunga bangkai dari jenis Amorphophallus
titanium di Kampung 4 Mess, Desa Tebat Monok, Kepahiang, di belakang
rumah adik Holidin, Zul Zum Dihamzah (40).
Di lokasi itu, tampak
Amorphopallus titanium, salah satu jenis bunga bangkai, tumbuh.
Amorphophallus adalah bunga bangkai yang tumbuh dari umbi.
Jumadi (22), anggota TPPL
lainnya, mengatakan, Amorphophallus tumbuh tinggi hingga semeter lebih
dan besar seperti lonceng terbalik. Bunga itu juga memiliki bonggol
berbentuk seperti tugu di tengah- tengah kelopak bunga.
Setiap kali berbunga,
Amorphophallus butuh waktu 22 hari mulai kuncup hingga mekar.
Amorphophallus hanya tahan mekar satu hari. Pagi mekar dan sore hari
layu. Amorphophallus juga menyiarkan bau busuk, namun lebih seperti bau
bangkai yang bisa tercium dari jarak 100 meter.
Referensi lain dari Pusat
Informasi Kompas (PIK) menyebutkan, Amorphophallus titanium adalah bunga
bangkai yang pertama kali ditemukan tahun 1878 di Kepahiang, Bengkulu,
oleh Odoardo Beccari, botanis Italia.
Sementara Rafflesia arnoldii
ditemukan oleh Thomas Stanford Raffles, Gubernur Bengkulu pada waktu
itu, bersama kawannya, Dr Joseph Arnold. Keduanya menemukan bunga
raflesia pada 20 Mei 1818 di Pulau Lebar, dekat Sungai Manna, Kabupaten
Bengkulu Selatan.
Terkait dengan penyebarluasan
pengetahuan tentang raflesia, TPPL yang terdiri atas empat orang
kakak-beradik itu melakukan pengamatan dan pelestarian raflesia sejak
tahun 2000. Secara otodidak, mereka mempelajari tempat tumbuh bunga,
pertumbuhan bunga, dan liana atau batang raflesia itu sendiri.
Selama
10 tahun terus-menerus mengamati, mereka yakin raflesia adalah bunga
yang tumbuh di batang berakar, bukan bunga parasit yang berkembang dari
spora. Bunga raflesia muncul dari liana yang rebah di tanah dan dari
liana muncul tunas bunga raflesia.
Jumadi mengatakan, raflesia juga
hanya tumbuh di satu jenis liana, yaitu liana dengan daging batang
berwarna putih dan berdaun dengan lebar tidak lebih dari tujuh
sentimeter. “Ada macam-macam liana, namun hanya pada liana jenis itu
raflesia tumbuh,” ujar Jumadi.
TPPL memahami liana sebagai
tanaman merambat yang tumbuh di dalam hutan hujan tropis lembab,
bercurah hujan tinggi, gelap di bagian bawah kanopinya, dan hijau
sepanjang tahun. Untuk bisa hidup, liana harus tumbuh dekat dengan air
atau di tanah yang mengandung air.
Untuk membuktikan hipotesis dari
pengamatan selama ini, sejak tahun 2009 TPPL mulai membudidayakan
liana. Mereka menyetek batang liana. Raflesia adalah bunga yang tumbuh
dengan akar, bukan tanaman parasit.
Pemahaman TPPL itu sangat
berbeda dengan pemahaman para ahli yang ditemukan di PIK serta kajian di
dalam buku The Ecology of Sumatra, The Ecology of Indonesia Series
Volume I.
Anggota TPPL berusaha agar
raflesia tidak diganggu tangan-tangan jahil. Padahal, sejak 1978
raflesia sudah dinyatakan nyaris punah dan harus dilindungi. Pemerintah
melalui Keppres Nomor 4 Tahun 1993 sudah menetapkan raflesia sebagai
puspa langka nasional. TPPL akan berupaya menjaga terus habitat bunga
langka itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar